Masih tentang kehidupan

Leave a Comment
Masih tentang kehidupan – curam, kesal dan menghitam legam.
Bukan aku ingin berprosa dan merangkai kata bak pujangga, tapi apalah daya hanya pikiran ini yang tersisa.
Aku terdungu-dungukan di penghujung malam yang sepi dan tak ada satu makhluk pun yang menyapa.
Dimana mereka? Sungguh benar, mereka telah menganggap aku tidak pernah tercipta. Sungguh tragis!
Sebenarnya, dimana aku? Dimana? Inikah dunia yang aku kenal dulu.
Sebelum semuanya menjauh dan mulai meninggalkanku langkah demi langkah.
Aku kesepian, merasa sepi sendiri.
Hanya mencoba duduk di lorong jendela kamar yang menghadap ke kebun di belakang rumah, melihat hijau dedaunan  sementara yang lain layu dan terkulai.
Indahkah masa kita? Dimana kita mampu berlari-lari kecil di sisi pantai sampai akhirnya kita kecapaian dan berbaring di atas pasir lembut itu.
Kita pernah berbicara tentang segala hal, tentang cinta, cita, harap bahkan ketakutan yang sempat menjadi tertawaan.
Kita pernah menghabiskan waktu malam bersama berbotol-botol anggur dengan beberapa batang tembakau Amerika.
Kita pernah mercacau tak tahu arah sampai mata kita merah legam karena mabuk.
Kita pernah tertawa bersama konco-konco iblis yang benar-benar memberi kita kesenangan.
Hari itu,
Sungguh hari dimana kau dan aku masih ada.
Masih bisa menatap dunia dengan amarah masa muda.
Tidak pernah takut dan gentar menghadapi apapun, walau maut di depan mata.
Kita selalu berbaris di pasukan paling depan untuk membela hak kita.
Kita selalu berjabat tangan hingga saling meyakinkan bahwa malam akan berganti siang.
Senandung-senandung setan bergemuruh memecah telinga.
Siap menerkam dengan semangat membaja yang tak pernah menjadi timah yang lemah.
Kita pernah siap menerkam dunia kawan, ya kita pernah.
Ah sudahlah,
Pergilah
Kini aku sudah tidak bisa memberimu kesenangan.
Semua telah berakhir di ranjang pesakitan ini.
Pergilah dengan cita dan harapmu.
Tuntaskan masa mudamu, gantungkan semua mimpi, raih semua citamu.
Kini aku tak di sampingmu lagi kawan.
Tapi tenanglah,
Aku akan pergi perlahan tanpa kau merasakannya,
Hingga kau tidak sadar bahwa aku pernah tercipta dan bersulang bersamamu.
Hingga kau merasa kau tak pernah kehilanganku.

Rio Carera Herzigovina
18 Mei 2011
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar: